Informasi : Aplikasi Auto proctor / pengawasan pada halaman ini sudah diaktifkan.

IPB University Gandeng Jerman Kembangkan Teknologi Atasi Kepunahan Badak

 IPB University Gandeng Jerman Kembangkan Teknologi Atasi Kepunahan Badak


IPB University menggandeng Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research (Leibniz-IZW) Berlin, Jerman dalam pengembangan teknologi untuk mengatasi kepunahan badak.
"Ini adalah aliansi strategis kami dengan Leibniz-IZW yang punya pengalaman dalam konservasi satwa liar, khususnya badak," kata Rektor IPB University Prof. Arif Satria dalam penandatanganan nota kesepahaman Akselerasi Pengembangan Sains dan Pendidikan Konservasi Spesies Terancam Punah dengan Aplikasi Teknologi Reproduksi Berbantu (ART) dan Bio-bank di Berlin, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (20/5/2022).

"Ini akan memberi kami kesempatan untuk menjalin kerja sama jangka panjang untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman ilmiah kami tentang pengobatan satwa liar, teknologi reproduksi berbantu, dan strategi bio-bank untuk menyelamatkan spesies Indonesia yang terancam punah," imbuhnya.

IPB University menyatakan, aplikasi teknologi Teknologi Reproduksi Berbantu atau Assisted Reproductive Technology (ART) dan strategi bio-bank dapat menyelamatkan dan menyimpan sumber daya genetik. Sumber daya gamet sel telur dan sperma, sel fibroblas, sel punca, dan produksi embrio kemudian akan dimanfaatkan untuk menghasilkan individu baru badak sumatera dan satwa liar terancam punah lainnya.

Sebelumnya, catatan IPB University mendapati status badak sumatera sangat kritis akan kepunahan dengan populasi di alam liar terus menurun drastis. Sekitar 90% populasi badak dunia menurun drastis dari 800 ekor pada 1984 menjadi kurang dari 75 ekor pada 2015.

Saat ini, populasi badak sumatera hanya ditemukan di Indonesia, dengan perkiraan jumlah hanya kurang dari 50 ekor badak. Jumlah ini sudah termasuk badak yang ada di Suaka Badak Sumatera (SRS) Taman Nasional Way Kambas, Lampung dan SRS Kelian, Kutai Barat di Kalimantan Timur.

Ancaman kepunahan badak sumatera tersebut juga dipicu kondisi kesehatan genetik dan reproduksi yang buruk, di samping ancaman eksternal teridentifikasi seperti habitat rusak dan perburuan.

IPB University menggarisbawahi, penelitian pada badak sumatera di penangkaran sejak awal 1980-an mendapati lebih dari 70% badak di penangkaran mengalami gangguan abnormalitas organ reproduksi seperti kista dan tumor serta sulit bunting.

Di samping itu, perkembangbiakan badak sumatera di eksitu sangat lambat dengan 5 anak badak dalam 40 tahun. Populasi insitu sendiri punah di Taman Nasional Kerinci Seblat dan sulit ditemukan lagi di Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTN BBS) dan Taman Nasional Way Kambas.

Lambatnya laju reproduksi badak Sumatera tersebut mengakibatkan badak Sumatra akan mengalami kepunahan bila tidak mendapat tindakan yang tepat dalam pemulihan sumber daya genetiknya. Pemulihan ini dapat dilakukan baik di alam maupun di penangkaran.

IPB University mencatat, karena badak di alam liar sulit untuk diselamatkan dan badak di penangkaran sangat lambat untuk berkembang biak, maka pemulihan sumber daya genetik seperti gamet, sel fibroblast, dan embrio adalah cara strategis dan penting yang bisa menyelamatkan badak dari kepunahan.

Salah satu cara melindungi dan mengamankan material genetik satwa liar tersebut yakni melalui aplikasi Teknologi Reproduksi Berbantu atau Assisted Reproductive Technology (ART) dan Bio-bank.

"Dalam proyek sains konservasi bersama, pertama kami akan berkontribusi untuk menyelamatkan kepunahan badak sumatera dengan menggunakan strategi ilmiah teknologi tinggi," kata Prof Thomas Hildebrandt, Kepala Departemen Manajemen Reproduksi di Leibniz-IZW.

"Dengan kekuatan bersama, kami akan mulai mentransfer hasil ilmiah kami dari proyek BioRescue - yang berhasil menyelamatkan sumber daya genetik badak putih utara dari kepunahan, dapat diaplikasikan dan berhasil pada badak sumatera," imbuhnya.

Pendirian Pusat Teknologi di IPB University

Koordinator tim ART dan bio-bank IPB University Muhammad Agil mengatakan, kerja sama IPB dan Leibniz-IZW tersebut mendukung berdirinya Pusat Teknologi Reproduksi Berbantu dan Bio-Bank di PTN ini. Pusat teknologi direncanakan untuk badak sumatera dan satwa liar yang terancam punah dengan sistem sister laboratorium.

"Melalui kerja sama ini, program konservasi jangka panjang satwa terancam punah di Indonesia akan bermanfaat untuk koservasi spesies. Aksi pertama dan penting dari Kerjasama ini akan mulai menerapkan ART dan bio-banking untuk menyelamatkan badak sumatera dari kepunahan," jelas Agil.

"Kolaborasi ini akan mendukung pengembangan sistem Sister Laboratorium antara IPB University dan IZW, jejaring, dan peningkatan kapasitas dan kemampuan staf untuk meningkatkan fungsi laboratorium di Indonesia dalam bidang teknik reproduksi berbantu (ART) dan aplikasi bio-bank," imbuhnya.


Post a Comment

© Brawirawi - Official. All rights reserved. Developed by Jago Desain