Cerita Difabel Andalkan Motor Sport 3 Roda Suzuki GSX150R
Motor modifikasi difabel belakangan memang bermunculan. Motor-motor reguler disulap menjadi tiga roda dengan semua sistem kontrol di tangan. Makanya, motor yang dimodifikasi biasanya matic.
Tapi yang satu ini justru beda. Sebab, seorang difabel bernama Pangestu Sabar Budiman justru memakai motor sport fairing Suzuki GSX150. Motor ini pun baginya cukup spesial.
"Awal pakai ini tahun 2019. Beli baru, langsung dimodifikasi di Cempaka Putih yang memang bengkel khusus untuk difabel," kata dia.
Pangestu atau Estu menghabiskan biaya Rp15 juta untuk perubahan besar dan tentunya setting agar nyaman. Ini termasuk perubahan kaki-kaki motor berupa panambahan roda, persneling gigi yang dibuat seperti di Vespa dengan kontrol di kiri setang.
"Rem belakangnya juga model pencet. Ini saya lihat kayak model Ducati. Lebih ke kaki-kaki yang banyak keluar dana," kata Estu.
Dengan motor ini, Estu sudah beradaptasi termasuk saat macet dan mengukur berdasarkan setang sambil lihat spion untuk memastikan roda-roda belakang masuk di ruang yang tersedia.
Pertanyaan menariknya kemudian, kenapa Estu memilih GSX150R? Dia mengakui bahwa jarang difabel memanfaatkan motor sport sebagai kendaraan modifikasi karena biasanya memanfaatkan sepeda motor jenis bebek atau matic.
"Ya karena memang saya senang dengan motor sport fairing, dan memang mau cari yang anti-mainstream. Alhamdulillah. Ini dipakai lancar-lancar saja tiap hari, Kebagusan-Cipete," kata pria yang bekerja sebagai admin peralatan kesehatan untuk rumah sakit ini.
Bukan cuma sosoknya sebagai motor sport yang jadi idaman Estu. Sebab, Suzuki GSX150R memang sudah spesial dari sananya
"Waktu saya coba naik ini, ukurannya pas, tidak terlalu besar buat saya. Saya juga kan masih mundur kayak orang normal. Lalu value harga lebih masuk ke kantong. Dimensi motor pas tidak kebesaran, tidak kecil. Power lebih besar kalau dari baca di majalah ya. Terus, punya sistem keyless. Canggih-lah," kata dia.
Dengan motor ini, Estu bukan cuma keliling Jakarta dan kadang-kadang sunmori dengan sesama rider difabel. Dia sudah memakai motor ini lintas provinsi di Pulau Jawa.
"Jakarta-Magelang-Yogyakarta sudah pernah. Itu cuma sehari semalam. Waktu itu jalan, istirahat sebentar, makan roti, minum, lalu jalan lagi," kata dia yang punya target jelajahi pulau Jawa dan menyebrang ke Bali.
Pria 26 tahun kelahiran Jakarta yang hobi musik rock dan bola ini juga punya cita-cita jalan-jalan naik motor sampai Inggris.
"Pengin ngerasain ke Inggris, ketemu bikers difabel di sana, pengin tahu fasilitas dan penghargaan untuk difabel di sana," kata dia.
Rider yang berlatar pendidikan desain ini juga berpesan bagi para difabel yang ingin punya motor sport seperti dirinya. Kunci utamanya adalah keberanian dan kesesuaian.
"Kita harus mau membuka diri untuk dunia luar. Kalau memang hobi motor otomotif, pilih yang sesuai kondisi fisik. Artinya, kita mampu enggak pakai motor ini. Difabel kan tingkatnya macam-macam dan punya kebiasan masing-masing," tutup rider yang bersyukur suka dikasih jempol saat di jalan ini.