Informasi : Aplikasi Auto proctor / pengawasan pada halaman ini sudah diaktifkan.

Manis Asam! Tape Gambang Khas Bugis yang Istimewa Saat Lebaran

 Manis Asam! Tape Gambang Khas Bugis yang Istimewa Saat Lebaran



Makassar - Masyarakat Bugis punya olahan tape ketan hitam yang kerap jadi suguhan lebaran. Namanya tape gambang yang rasanya manis, asam, dan segar!
Tape gambang berbentuk bola-bola kecil dengan warna ungu gelap. Teksturnya lembut dan berair. Olahan tape ketan hitam ini biasanya jadi hidangan penutup setelah puas menyantap menu utama seperti burasa dan nasu likku.

Untuk membuat tape gambang diperlukan beras ketan hitam, beras ketan putih, dan ragi sebagai bahan utamanya. Jumlah penggunaan ragi disesuaikan dengan takaran beras ketan yang digunakan.
"Makanan khas ini memang selalu menjadi salah satu penganan yang dilirik oleh tamu 'jauh', selain karena rasanya yang memang khas, juga selalu dirindukan karena tidak selalu ada disajikan, kecuali saat acara-acara khusus," ungkap Budayawan Bugis-Makassar Universitas Hasanuddin (Unhas) Burhan Kadir,S,S,.M.A kepada detikSulsel, Jumat (6/5/2022).

Dia menuturkan tape ketan hitam atau gambang ini selalu ditemui pada momen khusus perayaan masyarakat Bugis. Baik acara perayaan adat maupun hari raya keagamaan seperti Idul Fitri ataupun Idul Adha.

"Tape akhirnya menjadi menu spesial saat hari-hari besar masyarakat Bugis, apa itu hari besar keagamaan atau ada ritual adat," tuturnya.

Menurut Burhan, tape ketan hitam atau gambang ini awalnya menu biasa yang sering dijumpai dalam kehidupan masyarakat Bugis lampau. Namun, lambat laun menjadi istimewa karena hanya dibuat pada momen-momen tertentu, seperti hari raya. Lantaran pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menyita waktu.

"Lambat laun tidak semua masyarakat memiliki waktu luang dan keahlian dalam membuat tape ini, akhirnya hingga sekarang hanya kita jumpai saat momen-momen khusus saja," tambahnya.



Tape ketan hitam atau gambang ini juga menjadi salah satu menu yang disajikan saat masyarakat Bugis melakukan tradisi Mabbaca-baca atau syukuran. Mabbaca-baca adalah salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat Bugis menjelang hari raya Idul Fitri.

Setelah prosesi Mabbaca-baca selesai, biasanya sajian tape ini santap untuk berbuka puasa terakhir di bulan Ramadhan. Kehadiran tape ketan hitam atau gambang dalam sajian Mabbaca-baca disertai hajat untuk mendapat kehidupan yang bahagia.

"Setiap makanan yang disajikan saat ada momen-momen tertentu biasanya juga menjadi sebuah harapan bagi yang membuat hajat, seperti tape yang rasa khas nya yang manis maka ada harapan agar ke depannya si pembuat hajatan untuk mendapat karunia kehidupan yang bahagia, menjadi kehidupan yang manis, senang," jelasnya.




Selain menjadi makanan khas masyarakat Bugis yang populer saat momen lebaran, pembuatan tape ini juga terbilang istimewa. Pasalnya pembuatannya tidak sembarangan, karena jika tidak "sukses" rasa tape bisa saja tape asam atau pahit.

Pada proses pembuatannya ada beberapa mitos yang dipercaya masyarakat Bugis sampai sekarang dan harus dipatuhi saat membuat tape. Salah satunya wanita yang sedang menstruasi dilarang untuk membuat tape.

"Mitos yang paling sering kita temukan, dalam membuat tape ini tidak diperkenankan bagi perempuan yang sedang mengalami siklus bulanannya. Karena dipercaya hasilnya tidak akan sempurna dari segi rasa, tape menjadi pahit atau dianggap gagal dalam pembuatannya," ujar Burhan Kadir.

Post a Comment

© Brawirawi - Official. All rights reserved. Developed by Jago Desain